Rambu Solo Tradisi Pemakaman Termahal Di Indonesia
TondokToraya.Com - Berbicara mengenai pemakaman yang ada di Indonesia saat ini, Mungkin suku Toraja adalah satu satunya suku yang menghabiskan tidak sedikit biaya. Oleh karena itu maka tidak heran juga mengapa banyak orang Toraja tidak langsung mengubur kerabat atau keluarga mereke ketika meninggal.
Karena masih ingin mengumpulkan dana terlebih dahulu, Rambu Solo sendiri merupakan acara atau juga bisa di sebut tradisi pemakaman suku asli Toraja yang biasa berlangsung lebih dari 5 hari.
Dan kebanyakan mereka di kuburkan dalam gua atau di sebut juga patane atauoub tebing batu yang tinggi dengan lubang di pahat dengan waktu pengerjaan cukup lama juga.
Tebing batu ini terlihat berbeda yang seolah memberikan aura mengerikan dengan penjelasan yang sulit. Tingginya dapat mencapai hingga puluhan meter, dengan warna gelap yang pekat serta kokoh tinggi pada daerah perbukitan.
Di sampingnya terlihat hamparan sawah, pada waktu musim tertentu akan Menunjukkan keindahannya. Sangat kontras dengan tebing hitam yang berada diatasnya pada Tana Toraja.
Apabila dilihat dari jarak jauh, tebing granit hitam tersebut mempunyai lubang-lubang yang menutupi setiap bagian tebing.
Besarnya pula bermacam. Untuk dapat menjangkaunya, tiap pengunjung perlu turun melalui tangga dari puncak tebing. Pada sepanjang jaan turun tersebut terdapat kios-kios penjual souvenir yang menjual pernak-pernik khas Tana Toraja.
Tebing tersebut bukanlah tebing granit biasa. Namun tebing ini merupakan kuburan batu. Selain itu lubang-lubang di dalam tebing yang diisi oleh jenazah manusia. Tradisi pemakaman tersebut adaah bagian dari adat turun temurun masyarakat Toraja.
Rambu Solo Tradisi Pemakaman di Toraja
“Suku Toraja yakin jika kematian bukanlah suatu hal yang datang dengan tiba-tiba, namun suatu proses bertahap menuju Puya (dunia arwah atau akhirat)”Untuk inilah masyarakat Toraja mengadakan upacara pemakaman yang diketahui dengan istilah Rambu Solok. Upacara tersebut dilandasi kepercayaan serta keyakinan untuk leluhur atau siebut Aluk Todolo.
Tujuannya agar menghormati serta menghantarkan arwah orang yang telah mati ke dunia alam roh. Keluarga yang ditinggalkan tersebut akan mengadakan pesta sebagai penghormatan terakhir untuk mendiang.
Upacara pemakaman tersebut dapat menelan banyak sekali biaya serta diadakan selama berhari-hari. Tidak heran apabila upacara tersebut terkadang dibuat dalam beberapa bulan bahkan hingga bertahun-tahun setelah meninggalnya seseorang hingga keluarga siap serta memiliki biaya.
Setelah acara Rambu Solok, jenazah akan diarak serta dibawa ke lakkian (kompleks pemakaman) yang berada pada dinding tebing. Tidak hanya dari pihak keluarga, setuap masyarakat akan ikut berjalan mengantarkan jenazah hingga ke lakkian.
Dari setiap provinsi Sulawesi Selatan paling besar tempat pemakaman tebing leluhur masyarakat Toraja. Salah satunya yaitu bukit batu Lemo di Kelurahan Lemo, Kecamatan Makale Utara, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Disebut Lemo sebab liat batu tersebut seperti buah limau berbintik-bintik.
Lemo mempunyai 75 liang batu kuno atau dari Bahasa setempat disebut liat paa’’ serta dari tiap liang adalah kuburan satu keluarga.
Dari luar kuburan tersebut nampang lubangnya saja, tertutup papan kayu. Ukuran lubang sangat besar, sekitar 3 meter kali 5 meter. Sementara untuk tingginya hingga belasan meter dari permukaan tanah.
Jenazah ditaruh kedalam liang dengan memakai tangga atau ditarik dengan tali. Proses pembuatan liang ini lama serta sulit sebab bukit batu tersebutperlu dipahat dengan tangan.
Pembuatan satu lubang dapat hingga memerlukan biaya yang mahal, dengan lama pengerjaan 6 bulan hingga satu tahun. Tidak aneh bila pemakaman di Toraja dapat tertunda hingga berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun dari kematian orang tersebut.
Kuburan alam tersebut dihiasi dengan beberapa deret tau-tau (patung) sebagai personifikasi orang yang sudah meninggal sekaligus lambang prestise serta status social yang bersangkutan.
Syarat agar merangkai tau-tau yakni perlu menyembelih kerbau hingga 24 ekor. Badan patung dibuat menggunakan bambu atau kayu nangka, matanya yaitu dari tulang dan tanduk pada kerbau.
Setelah selesai dirangkai, tau-tau ditaruh di sebelah orang yang meninggal. Sama seperti almarhum, tau-tau disajikan makanan (sesaji).
Ini tetap ada di sekitar jenazah ketika pemotongan kerbau. Selanjutnya ditaruh di depan kuburan atau atasnya untuk bisa menghidupkan ingatan leluhur “masa lalu”.
Ulasan mengenai Rambu Solo Tradisi Pemakaman Termahal Di Indonesia hingga saat ini sedang menjadi tradisi pemakaman paling besar di Indonesia bahkan dunia.
Post a Comment for "Rambu Solo Tradisi Pemakaman Termahal Di Indonesia"
Post a Comment