Berikut Istilah Pada Prosesi Ritual Adat Rambu Tuka dan Rambu Solo'


TONDOK TORAYA
-  Toraja memang di kenal sebagi satu daerah di Indonesia yang memiliki destinasi wisata paling diminati. Selain itu yang menjadi keunikan lain dari Toraja yaitu budaya dan adat istiadatnya.

Maka tidak heran mengapa banyak orang mengunjungi Toraja, Bahkan dari luar negeripun juga ikut dan melihat langsung. Di Toraja sendiri ada 2 pesta adat paling di kenal yaitu Rambo Solo dan Rambu Tuka.

Oleh karena itu kali saya akan memberikan sedikit informasi mengenai apa saja Istilah Pada Prosesi Ritual Adat Rambu Tuka dan Rambu Solo' yang ada di Toraja.

Istilah Pada Prosesi Ritual Adat Rambu Tuka dan Rambu Solo'

Sebelum lebih lanjut lagi, Kita harus tahu dulu apa itu Rambu Tuka dan apa itu Rambu Solo'. Untuk rambu tuka sendiri merupakan suatu ungkapan rasa syukur bagi masyarakat Toraja, Seperti saat habis pesta dan peresmian rumah adat (Tongkonan)

Sedangkan untuk Rambu Solo merupakan upacara duka pesta kematian yang biasanya berlangsung  dari 5 - 8 hari terganung keluarga yang berduka. Dan lebih menariknya lagi Rambu Solo tidak sedikit memakan biaya, Bisa mencapai ratusan hingga milliaran rupiah.

Contoh Foto Rambu Solo'

Contoh Foto Rambu Tuka

Prosesi Ritual Adat Rambu Tuka dan Rambu Solo

Kapuran Pangan

Suatu cara dengan hanya menyajikan Sirih Pinang sementara menghajatkan sesuatu yang kelak akan dilaksanakan dengan kurban -kurban persembahan.

Piong Sanglampa

Dengan menyajikan satu batang lemang dalam bambu dan disajikan di suatu tempat atau padang/pematang atau persimpangan jalan yang maksudnya sebagai tanda bahwa dalam waktu yang dekat manusia akan mengadakan kurban persembahan.

Ma'Pallin (Mangkila' Biang)

Yaitu suatu cara dengan kurban yang di persembahan satu ekor ayam, Maksudnya mengakui semua kekurangan dan ketidaksempurnaan manusia yang akan melakukan kurban persembahan.

Ma'Tadoran (Menammu)

Ma'Tadoran menjadi acara mengadakan kurban persembahan satu ekor ayam atau seekor babi yang ditujukan kepada pemujaan Deata-Deata. 
 
Terutama bagi Deata yang menguasai daerah tempat mengadakan kurban persembahan itu. Ma’tadoran juga dilakukan jika melaksanakan upacara Pengakuan Dosa yang disebut Mangaku-aku.

Ma'Pakande Deata Do Banua (Ma'Parekke Para)

Nama Upacara ini berbeda di tiap daerah adat tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu dengan kurban persembahan seekor babi atau lebih sesuai dengan ketentuan dari masing-masing daerah adat. 
 
Tujuannya memohon berkat atau bersyukur atas kehidupan dari Sang Pemelihara atau Deata-Deata dan juga sebagai tempat menghajatkan kurban persembahan

Ma'Pakande Deata Diong Padang (Ma'Tete Ao)

 Merupakan upacara kurban seekor babi atau lebih yang dilaksanakan di halaman Tongkonan dari orang yang mengadakan upacara. 
 
Tujuan upacara ini adalah memohon kepada Deata-Deata supaya memberkati seluruh tempat atau Tongkonan tempat orang merencanakan dan mengusahakan kurban persembahan seterusnya serta tempat mendirikan Tongkonan.

Massura' Tallang

Untuk upacara Masura Tallang dilaksanakan setelah selesai melaksanakan tingkatan upacara yang lebih rendah seperti tersebut di atas. 
 
Upacara ini dilaksanakan di depan Tongkonan agak sebelah timur. Upacara Massura’ Tallang merupakan upacara persembahan paling tinggi kepada Deata-Deata sebagai Sang Pemelihara dengan kurban beberapa ekor babi.

Dimana sebagian untuk persembahan dan sebagian lagi untuk dibagikan menurut adat kepada masyarakat dan orang yang menghadiri upacara tersebut utamanya kepada petugas adat dan agama Aluk Todolo.

Merok

Merok bisa diartikan sebagai upacara pemujaan kepada Puang Matua sebagai upacara pemujaan yang tinggi dengan kurban Kerbau, Babi dan ayam. Pada upacara ini nama Puang Matua yang selalu jadi pokok ungkapan dalam pembacaan mantra dan doa. 
 
Kerbau yang dikurbankan pada upacara Merok ini adalah kerbau hitam (Tedong Pudu’), karena tidak boleh menyajikan kurban kerbau yang memiliki bintik putih yang dianggap sebagai kerbau yang cacat. Sebelum kerbau ini dikurbankan dengan menggunakan Tombak (Dirok)
 
Terlebih dulu kerbau ini Disurak (didoakan dalam suatu ungkapan hymne yang isinya menceritakan kemuliaan Puang Matua dan segala ciptaannya serta kehidupan manusia dan mengutuk pula perbuatan yang tidak baik dari manusia yang disyaratkan dengan pernyataan melalui kurban kerbau tersebut). 
 
Dan pelaksanaan pembacaan hymne semalam suntuk oleh Tominaa disebut Massurak Tedong atau Massomba Tedong.

Ma'Bua atau La'Pa

Merupakan suatu tingkatan upacara Rambu Tuka' yang paling tinggi dalam Aluk Todolo. Upacara ini dilaksanakan setelah menyelesaikan semua upacara-upacara yang terbengkalai oleh keluarga atau daerah yang mengadakan upacara Ma’bua’.
 
Hal ini karena upacara Ma’bua’ adalah upacara untuk mengakhiri seluruh upacara apapun dalam mensyukuri seluruh kehidupan dan mengharapkan berkat serta perlindungan dari Puang Matua, Deata-deata, dan Tomembali Puang.

Upacara Ma’bua’ juga sebagai ungkapan syukur atas hewan ternak, tanaman dan kehidupan manusia. Pada upacara Ma’bua’ atau La’pa.
 
Puang Matua dipuja dan dieluk-elukkan dengan beragam lagu dan tari yang memang khusus diadakan untuk upacara Ma’bua’ tersebut.

Pada upacara Ma’bua’ diadakan kurban persembahan kerbau sebagai kurban persembahan utama yang jumlahnya bermacam-macam menurut ketentuan Lesoan Aluk Tananan Bua’ tergantung pada masing-masing daerah adat atau tergantung pada kemampuan keluarga. 
 
Ada kalanya Ma’bua’ ini diikuti oleh satu daerah adat atau kelompok adat jika upacara ini menyangkut seluruh masyarakat satu daerah serta keselamatan seluruh kehidupan dan disebut sebagai Bua’ kasalle atau La’pa Kasalle (Bua’ atau perbuatan, la’pa atau kelepasan, kasalle atau besar).
 
Kurre Sumanga' ....

Post a Comment for "Berikut Istilah Pada Prosesi Ritual Adat Rambu Tuka dan Rambu Solo' "